“Tangan Bergerak Hasil Bertindak”

Ngawi Jawa Timur – Di Desa Jatigembol, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, terdapat sebuah usaha batik yang lahir dari ketekunan dan kreativitas seorang perempuan inspiratif bernama Bu Atik Jumiatun. Berdiri sejak tahun 2016 hingga sekarang Batik dengan nama Batik Tembang Cap dan Tulis tidak hanya mengembangkan usaha tetapi juga rutin di undang ke taman kanak-kanak (TK) untuk mengajarkan proses pembuatan batik kepada anak-anak di daerah Kabupaten Ngawi.

Kehadiran batik ini tidak sekedar menjadi produk kerajinan tangan melainkan juga simbol pelestarian budaya. Dengan mengandalkan teknik tulis dan cap, setiap helai kain yang diproduksi Bu Atik memiliki karakter berbeda. Batik tembang identik menggunakan lingkupan Ngawi  terutama Kedunggalar yang mana lebih terlihat alami dan ciri khas Kabupaten Ngawi. Motif tembang Jawa yang dituangkan dalam batik tidak hanya indah dipandang, tetapi juga menyimpan pesan moral dan kearifan lokal.

Berdiri dari semangat melestarikan budaya Jawa, Bu Atik memadukan teknik batik cap dan tulis dengan ciri khas unik yaitu penggunaan cap pring (bambu) yang jarang ditemui di tempat lain. Inovasi ini menjadikan setiap helai kain batik tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga sarat makna budaya.

Dalam proses produksinya, Bu Atik terbuka terhadap berbagai permintaan pembeli. “Pemesanan batik kadang mengikuti desain dari pembeli, tapi ada juga yang dari ide saya sendiri. Untuk cap, biasanya memakai bambu, namun kalau ada permintaan khusus bisa juga pesan dari logam atau kertas,” ujar Bu Atik. Fleksibilitas inilah yang membuat batik buatannya diminati, baik oleh masyarakat Ngawi maupun dari luar daerah.

Selain menjalankan usaha, Bu Atik juga aktif dalam kegiatan edukasi. Hampir setiap hari Jumat, ia diundang ke taman kanak-kanak (TK) untuk mengajarkan proses pembuatan batik kepada anak-anak. Aktivitas ini menjadi salah satu cara menanamkan kecintaan terhadap batik sejak dini. Baginya, batik bukan sekadar kain, melainkan identitas budaya yang harus diwariskan ke generasi berikutnya.

“Melalui pembelajaran batik di sekolah, saya ingin anak-anak mengenal bahwa batik itu bagian dari jati diri bangsa. Dengan begitu, sejak kecil mereka sudah memiliki rasa bangga terhadap warisan budaya kita,” tuturnya.

Selain teknik yang khas, motif Batik Tembang yang dihasilkan juga mengandung filosofi kehidupan Jawa, mulai dari keselarasan dengan alam hingga pesan moral dalam tembang-tembang tradisional. Proses pembuatannya tetap mempertahankan keaslian, mulai dari mencanting, memberi warna, hingga proses penguncian motif.

Ke depannya, Bu Atik berharap batik khas Ngawi ini semakin mendapat perhatian baik dari masyarakat maupun pemerintah, agar bisa bersaing dengan batik daerah lain di Indonesia. “Batik bukan hanya kain, tapi identitas budaya. Melalui batik, kita bisa mengenalkan Ngawi ke tingkat nasional bahkan internasional,” tambahnya.


Marquee with JavaScript Looping

Butuh informasi lebih lanjut tentang berita ini?

silahkan hubungi kontak whatsapp kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang berita ini.