Hadir dari kabupaten ngawi, kepala bidang pariwisata disparpora, dan jft bidang perekonomian Bappeda.
Acara yang dilaksanakan secara hybrid ini dibuka oleh kepala bappedaprov jatim selaku ketua Geopark Jatim yang diwakili oleh Ketua Pariwisata, Koperasi, dan UMKM
Geopark atau taman bumi adalah kawasan geografis yang memiliki situs warisan geologi (geosite) dan bentang alam yang bernilai. Geopark dikelola dengan konsep konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat secara terpadu.
Geopark memiliki beberapa manfaat, di antaranya: Mendukung pembangunan berkelanjutan, Memberikan peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat, Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, Memanfaatkan warisan geologi secara komprehensif.
Geopark dikelola dengan strategi pengembangan ekonomi berkelanjutan yang dilakukan melalui struktur manajemen yang baik dan realistis. Kegiatan yang dilakukan di geopark, antara lain: Konservasi, Pendidikan, Interpretasi, Pariwisata berbasis alam, Penelitian.
Menindaklanjuti amanat Perpres Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (geopark) Keputusan Gubernur Jatim No. 188/143/KPTS/013/2023 tentang Forum Geopark di Jatim.Bertempat di Kabupaten pacitan, dalam rangka inventarisasi geopark di Jawa Timur, diadakan Harmonisasi Pengembangan Geopark Khususnya di Jawa Timur, dipimpin langsung oleh Bappeda Provinsi Jatim sebagai Ketua pelaksana, dan diikuti Beberapa Opd provinsi Jawa Timur Terkait, Forum Geopark Jawa tengah dan DIY, serta beberapa Kabupaten kota Jatim yang sudah menjadi Global Geopark oleh UNESCO, dalam hal ini tata kelola geopark itu sendiri meliputi perencanaan, pengawasan pengembangan, dan pengelolaan, serta evaluasi melalui suatu forum.
dukungan juga diberikan dalam bentuk pengembangan sumber daya manusia. Mengingat, usulan forum geopark turut melibatkan pelaku ekonomi kreatif di sekitar tempat wisata seperti kuliner, pernak pernik dan budaya khas yang saling terintegrasi antar geopark, untuk Ngawi Sendiri berbatasan dengan Bojonegoro yang sudah Berstatus Geopark Nasional.
Acara berlangsung mulai tanggal 14-16 Oktober 2024, berlokasi di Parai Beach Resort Telengria Pacitan, dengan agenda sambutan selamat datang dari pemkab pacitan oleh Pjs Bupati Pacitan yang diwakili oleh Ass. Perekonomian dan Pembangunan, dilanjutkan dengan forum diskusi oleh ahli geopark nasional, dan juga dari kementrian ESDM, dengan tema Peran Strategis Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Geopark, Pengembangan Geoside Geopark, dan di hari kedua ini (15 Oktober 2024) adalah Paparan tentang Prosedur dan time line pengajuan geopark nasional, sekaligus diskusi forum pengelola geopark sekaligus diadakan desk dan evaluasi juga forum diskusi khusus 3 Provinsi (Jatim-Jateng-Diy) dalam pengembangan gunung sewu dan hari ketiga diakhiri dengan tinjauan/field trip ke Geopark Gunung Sewu/sisi selatan pacitan.

Status Geopark Ngawi (hasil diskusi dengan Bappeda Ngawi, dan Ilmu dari Kab. Pacitan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Gunung Sewu)
Untuk kabupaten Ngawi sendiri masih proses identifikasi, dan diharapkan nantinya jika perencanaan matang dilakukan maka tidak mungkin jika terbentuk geopark, yang dalam hal ini bappeda melalui bidang perekonomian sudah melaksanakan survey bersama UPN, di beberapa titik yang memungkinkan nantinya bisa terbentuk geopark.
Dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak, baik kepariwisataan, ekonomi kreatif, dan kebudayaan dalam mengidentifikasi pemenuhan unsur didalamnya, baik lokasi, tata kelola masyarakat, heritage atau unsur alamiah didalamnya, unsur kilas balik/ sejarah, ataupun hubungan jejaring dengan geopark disekitarnya (daerah/kabupaten yang sudah berstatus geopark).
Adapun tahapan Setelah ditetapkan menjadi geopark secara nasional oleh Kementrian ESDM(sertifikat terpenuhi dan diterbitkan)—Geo heritage (warisan geologi/struktur biologi bumi)—Geo cultural (kebudayaan.masyarakat ngawi)—Bio divercity (keanekaragaman hayati), yang nantinya rangkaian ini bisa diajukan ke UNESCO, jika sudah terpenuhi.
Saran untuk Ngawi sebelum diajukan dan diverifikasi menjadi Geo Heritage, adalah penguatan narasi, dokumen, kajian dan time line, melalui jurnal serta penelitian, publikasi, termasuk pemberdayaan masyarakat didalamnya, baik budaya maupun ekonomi kreatifnya. Sebelum maju menjadi geopark nasional.
Termasuk juga trinil yang memiliki kesamaan dengan tulungagung, tentang eksplorasi manusia purba dimungkinkan memiliki nilai lebih yang tidak dipunyai oleh tulungagung. Karena ada benteng pendem di jalur yang sama (bengawan solo) yang bisa lebih digali melalui penelitian ataupaun jurnal serta kajian lebih lanjut.
Cekok mondol, Sumber Nogo, Airterjun Teleng, Srambang, Pengantin, Suwono, Sumber Koso, Jamus, Sumber Lanang, g. Warak, Srigati, Sumber Kdng Putri Pandean, Sonde(Formasi Batuan Pucangan), Trinil, Beteng Pendem, Kerek ( Formasi Batuan Kerek), Tawun, Waduk Pondok, Waduk Sangiran (sumber data bappeda ngawi – tim geologi UPN)